s

Selamat datang di WeBlog Imaduddin.B, Amd.AK

Kamis, 27 November 2008

Dua Pelangi

Sejak kecil saya berada diantara dua kebudayaan, yang membimbingku untuk selalu berbuat fleksibel, itu pun sebisa mungkin saya berbuatnya karena kebanyakan saya terbawa diantara dua budaya itu.

Saya hidup ditengah – tengah mereka, berfikir dengan teori Plato dan Aristoteles, bahkan ada yang berfikir dengan cara Darwin yang perlahan - lahan mulai merasuki pola pikir bangsa kita. Teori evolusi yaitu kemenangan untuk yang kuat dan kekalahan bagi yang lemah.

Sejak itulah saya ingin mendalami semua idiologi mereka, namun kesempatan itu sangat sulit bagi saya. Selain saya harus mengambil gelar sarjanaku dan mengurus segala kegiatan yang ada di tempatku menutut ilmu.

***

Hari minggu ini saya ingin lari pagi untuk menghirup udara bebas, bebas dari kepenatan, bebas dari kegelisahan dan bebas sejenak dari kehidupan yang menjenuhkan. Tidak mudah untuk melepaskan semua ini, harus perlahan – lahan dan pasti.

Saya lari menyusuri jalan – jalan yang kecil beraspal, aku lihat betapa ramainya dunia ini. Banyak sekali hari ini orang – orang yang berlarian, penuh canda dan tawa, tidak ada beban yang terlihat di kegelisahan raut wajah mereka.

Keasyikan mereka membuat saya sadar, tidak seserius itu mereka menjalani hidup ini. Mereka hanya mengikuti alur ini saja, alur kehidupan yang ditentukan oleh tangan – tangan manusia. Mereka mengamini semua perintah penguasa, penguasa yagn hidup diantara dua teori yang mebelit lehernya.

Perubahan situasi, keadaan belum nampak pada selaput otak mereka. Kini saya ada diantara hidup mereka, berfikir dan merenung diatara mereka namun tidak bisa mengungkapkannya. Perasaan yang muncul dari mereka nampak suci, mereka tidak tau apapun walaupun setiap pemilihan umum mereka dipaksa memilih untuk sebuah alasan demokrasi.

***

Memang benar tidak ada air yang bersih jika sudah ada di hilir, semua sudah berubah dan tidak ada yang nyata di dunia ini sekarang. Entah saya harus memulainya dari mana, entah saya benar atau salah sayapun tidak tau? Saya hanya mengikuti kata hati ini saja, saya sudah mulai enggan untuk mengikutu kekayaan intelektual sang penguasa yang sampai saat ini sudah mulai bergerak entah kemana, apakah bergerak maju atau mundur.

Apa yang harus saya lakukan menatap kedepan atau mencuri – curi pandang kebelakang tentang kisah masa lalu