SEBUAH KAMPUNG YANG ANEH?
Mungkin karena belum terbiasa berkomunikasi disini jadinya terasa aneh saja?, katanya penduduk dari sini berangkat malem-malem hanya untuk mencari kayu bakar dan kembali lagi setelah pagi. Ga tau lah gimana caranya?.
Kita semua duduk kemudian menghela nafas, kami rasa hari sudah malam dan cuaca tetap masih seperti biasa, dingin dan berkabut. Kita semua tertuju pada sebuah warung yang masih buka di sini, rasanya perut kita keroncongan, laper sih ngga? Tapi pengen makan aja???. Akhirnya saya memutuskan ke warung sekalian ngasih tau kalo kita semua mau numpang tidur di mushola sini. Saya dan trino, kemudian di susul sama Riki dan Mahmud sedangkan Zamzam nunggu di tempat kita berhenti tadi yang setelah pagi tiba, baru tahu bahwa tempat itu adalah sebuah pangkalan ojeg.
Saya datang kemudian menanyakan apakah disini bisa masakin mie rebus?, ternyata harapanku sirna. Orang tua ini paruh baya, katanya disini ga bisa masakin makanan lagian sudah pada habis?, saya hanya merasa aneh saja dengan prilaku bapak ini, Dia ngga bisa masakin mie rebus tapi sebenarnya ada mie rebus tersebut kenapa ga mau masakin?, katanya juga ga ada yang bisa masakinnya?, padahal kita semua melihat TV dan orang-orang masih terdengar mengobrol?, Hmmmm Desa yang aneh, saya pikir.
Tidak peduli kita dengan hal itu, jadinya kita beli roti sebagai menahan lapar sementara selagi mencari orang yang mau bikinin kita mie rabus, he he he he. Akhirnya kita semua menuju masjid, setelah masuk pelataran masjid yang sungguh mengerikan itu, saya dikejutkan oleh sebuah >>>>>>>> , sumpah kaget setengah mati. Desa ini sepi, lampunya semua redup – redup, kayaknya lampu yang lima watt gitu!, masjid nya juga ga besar, standar masjid di perkampungan, lantainya sudah berkeramik. Pertama menginjakan kaki ke lantai, lantainya sangat terasa dingin sekali, baru kali ini saya merasakan dinginnya lantai.
BAIKNYA SEORANG IBU PENJAGA WARUNG
Setelah shalat Isya, kita semua berkumpul “mau ngapain nih setelah ini”, mau ngopi or ngerebus mie?, kontan saja perut yang dah goyah ini “Yu, cari orang?” akhirnya saya mengajukan diri untuk merujuk masyarakat buat bikinin mie. Tidak ada kehidupan disini, hanya ada suara – suara orang ketawa saja, dan tidak ada yang tampak orangnya. Kita telusuri asal suara tersebut, kemudian kita di tegur oleh ibu – ibu yang dikiranya adalah tetangganya, Puuiiihhhhh…. Untung ga disangka maling?, bisa berabe nih?. Kemudian saya dan trino menuju tempat dimana ibu – ibu itu menegur kita, dengan salam yang sopan kita mengetuk pintu rumah tersebut. Akhirnya keluar juga ibu –ibu tadi, kemudian otomatis dong kita minta maaf, dan menunjukan maksud kita sebenernya, hampa dan kesedihan yang kita rasakan, nyatanya ibu- ibu ini berdalih tidak punya persediaan air panas? Siapa tau? Ya kan!. Memang aneh disini, unutngnya ibu- ibu itu nunjukin dimana tempat sebuah warung.
Kita semua tadinya mengira itu bukan sebuah warung, eh…. Ternyata bener itu adalah sebuah warung. Akhirnya kita menemukan mukjizat Allah nikmatnya tiada tara, setelah ngobrol – ngobrol dan meminta izin kembali buat nginep di masjid ini, kita juga belanja – belanja buat kebutuhan kita nanti disana. Kita belanja, seperti minyak tanah, asin, minyak kelapa, garem dll, ya mirip kayak mau tugas akhir KTK waktu SD lah, ga jauh kayak gitu sih? , kemudian kita minta air panas, alhamdullillah gratisan lho!!!!, tadinya kita mau bayar, Eh….. si ibu-nya ga mau dibayar, padahal kita sudah ngasih Lho?........ ya terima kasih banyak bu ya?????, kita semua bisa makan mie rebus alias air panas yang dicampur langsung dengan mie-nya. Semua makan dengan nikmat, mungkin karena dah Kelaperan kali ya?.
DO’A SEBELUM TIDUR
Setelah makan, dengan Bismallah dan di akhiri dengan Alhamdulillah, kita membersihkan alat – alat yang sudah kita pake, bersyukur bahwa hari ini kita masih diberikan kenikmatan yang belum tentu orang mendapatkan nikmat yang sama seperti kami. Inilah saat-nya merasakan nikmat yang di berikan Allah kepada makhluk-nya agar tetep kita bersyukur kepada Allah dalam kondisi apapun, AMIIN.
Penentuan keorganisasianpun di rencanakan mala mini, Zamzam memulai pembicaraan ini yang saya tau bahwa perjalanan ini di ketuai zamzam, ternyata tidak demikian. Saya di tunjuk sebagai ketua, kemudian seksi acara di pegang oleh Riki, pengumpul kayu bakar dan pendiri tenda adalah Trino dan Mahmud, Zamzam sendiri sebagai seksi Dapur alias konsumsi yang sudah siap makan.
Kita tidak banyak debat, mungkin inilah makna organisasi “tidak usah banyak orang, tidak ada komunikasi, dan akan hanya terjadi kemunduran saja”. Dengan sedikit orang aka nada komunikasi, dan tujuan – tujuan akan tercapai. Itu yang saya pelajari dari perjalanan ini sebelum saya menutup mata. Karena background saya adalah sebagai orang organisasi, mungkin ini benar adanya.
GORENGAN PENAHAN LAPAR
Pagi hari yang berkabut, menahan matahari untuk memancarkan sinarnya di desa ini.
Setelah shalat subuh, kita semua bergegas menyiapkan segalanya apakah ada yang kurang atau tidak. Kita kembali ke warung tadi malam, untuk mengembalikan termos dan gelasnya, lama juga kita nunggu dan tidak ada yang keluar “pada kemana nih?, ko ga keluar – keluar!”, kita sih ngga kecewa, cumin kesel aja nunggu?? He he he he.
Setelah lamanya nunggu, sayapun mendengar pintu warung ini terbuka sedikit demi sedikit. Eh, orang yang ngebuka warung ini adalah ibu – ibu yang tadi lewat di depan saya, “kemana ya ibu yang tadi malem?” saya bingung sendiri!, dengan desa ini.
Kita ngobrol –ngobrol tentang hal yang ngga penting dengan yang punya warung, walaupun ngga lama, karena kita ngumpulnya di depan warung yang ebrteras kan dari lapisan semen yang masih ber-embun. Kita di suguhi gorengan – gorengan yang masih hangat, mmmmmhhhhh enak juga pagi – pagi dah mankan gorengan, karena tadi malam kita semua makan mie yang di masukin kewadah kemudian di tutup, setelah beberapa menit kemudian baru bisa di makan alias mie – nya dah ngga keras lagi, jadi apa nama mie yang saya makan itu ya?.
Tiba –tiba Riki datang dengan muka yang penuh harap, meminta izin agar bisa membuang isi perutnya yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuhnya itu. Si Ibu dengan tenang mempersilahkan Riki memakai WC – nya. “ Bu tiasa ngiring ka jamban?” jawab si Ibu “mangga – mangga!”,
“he.. euweuh ka era maneh mah KI”, saya menimpali Riki, ternyata si Ibu mendengar kata –kata saya “Nya teu nanaon atuh, da nu kitumah teu tiasa di tahan?”. “baguuu….ssss” sahut saya dalam hati.
Saya pikir bentar lagi nak – nak yang lain pada ngikut, Zamzam menyusul masuk ke WC setelah Riki keluar, kemudian Trino dan yang terakhir Mahmud. Semua ga pada mandi pagi ini, mereka Cuma hanya numpang “PUPS” doang.
Cerita mereka sangan menggelikan untuk di dengar, katanya posisi WC itu sangat berdekatan dengan Ibu- ibu yang sedang menggoreng. Kemudian pembatas WC-nya juga sangat rendah, jadi kalo si Ibu mau iseng nongol atau mlirik kegiatan yang sedang “PUPS” ini, bisa terlihat. Pertama yang bercerita itu Zamzam, yang ngga jadi buat PUPS karena memang ngga keluar – kelaur atau malahan ngga terbiasa dengan keadaan seperti itu, Hmmmm. Selanjutnya Riki, dia memang orang yang sudah ngga tahan untuk PUPS, dari tadi malem. Katanya semua lancer, tapi ketika si IBU datang buat ngebalik –balik gorengan dia ngga ngeluarin ntu “Be’ol” takut kedengeran?, wa ka ka ka ka.
PERJALANAN MENUJU PUNCAK
Zamzam pernah bercerita kepada kita, kalau ke situ lembang akan banyak bunga di smaping jalan, setelah itu kita akan melihat banyak pohon pinus yang menjulang tinggi diantara jalan yang kita tempuh. Mhhhh sebuah panorama yang indah kalau di bayangkan.
Perjalanan pertama kita menyusuri rumah – rumah penduduk, jalan yang becek dan licin kita susuri dengan senyum dan senangnya hati. Sepanjang jalan rumah – rumah ini banyak yang memanggil kita aga r minya disahut, mereka itu adalah sapi – sapi milik para penduduk. Setiap rumah yang kami lewati hamper – hamper memliki beberapa sapi, rumah yang hanya dari bilik bamboo masih terdengar sayup – sayup suara music dugem yang menyemangati perjalanan kami menyusuri rumah – rumah ini.
Sesaat kita melihat kebelakang, sebuah perjalanan yang tadi kita tempuh “Mhhhh inilah alam yang kita huni selama ini, gambaran hidup yang penat kita tinggalkan, cengkrama dengan teman – teman di dunia maya kita sisihkan, sekarang kita menuju kehidupan yang sepi, jauh dari internet dan fasilitas serba canggih”.
Perjalanan akan kita lanjutkan, ??????? masih panjang….