s

Selamat datang di WeBlog Imaduddin.B, Amd.AK

Kamis, 20 Maret 2008

Situ Lembang #2

SEBUAH KAMPUNG YANG ANEH?

Mungkin karena belum terbiasa berkomunikasi disini jadinya terasa aneh saja?, katanya penduduk dari sini berangkat malem-malem hanya untuk mencari kayu bakar dan kembali lagi setelah pagi. Ga tau lah gimana caranya?.

Kita semua duduk kemudian menghela nafas, kami rasa hari sudah malam dan cuaca tetap masih seperti biasa, dingin dan berkabut. Kita semua tertuju pada sebuah warung yang masih buka di sini, rasanya perut kita keroncongan, laper sih ngga? Tapi pengen makan aja???. Akhirnya saya memutuskan ke warung sekalian ngasih tau kalo kita semua mau numpang tidur di mushola sini. Saya dan trino, kemudian di susul sama Riki dan Mahmud sedangkan Zamzam nunggu di tempat kita berhenti tadi yang setelah pagi tiba, baru tahu bahwa tempat itu adalah sebuah pangkalan ojeg.

Saya datang kemudian menanyakan apakah disini bisa masakin mie rebus?, ternyata harapanku sirna. Orang tua ini paruh baya, katanya disini ga bisa masakin makanan lagian sudah pada habis?, saya hanya merasa aneh saja dengan prilaku bapak ini, Dia ngga bisa masakin mie rebus tapi sebenarnya ada mie rebus tersebut kenapa ga mau masakin?, katanya juga ga ada yang bisa masakinnya?, padahal kita semua melihat TV dan orang-orang masih terdengar mengobrol?, Hmmmm Desa yang aneh, saya pikir.

Tidak peduli kita dengan hal itu, jadinya kita beli roti sebagai menahan lapar sementara selagi mencari orang yang mau bikinin kita mie rabus, he he he he. Akhirnya kita semua menuju masjid, setelah masuk pelataran masjid yang sungguh mengerikan itu, saya dikejutkan oleh sebuah >>>>>>>> , sumpah kaget setengah mati. Desa ini sepi, lampunya semua redup – redup, kayaknya lampu yang lima watt gitu!, masjid nya juga ga besar, standar masjid di perkampungan, lantainya sudah berkeramik. Pertama menginjakan kaki ke lantai, lantainya sangat terasa dingin sekali, baru kali ini saya merasakan dinginnya lantai.


BAIKNYA SEORANG IBU PENJAGA WARUNG

Setelah shalat Isya, kita semua berkumpul “mau ngapain nih setelah ini”, mau ngopi or ngerebus mie?, kontan saja perut yang dah goyah ini “Yu, cari orang?” akhirnya saya mengajukan diri untuk merujuk masyarakat buat bikinin mie. Tidak ada kehidupan disini, hanya ada suara – suara orang ketawa saja, dan tidak ada yang tampak orangnya. Kita telusuri asal suara tersebut, kemudian kita di tegur oleh ibu – ibu yang dikiranya adalah tetangganya, Puuiiihhhhh…. Untung ga disangka maling?, bisa berabe nih?. Kemudian saya dan trino menuju tempat dimana ibu – ibu itu menegur kita, dengan salam yang sopan kita mengetuk pintu rumah tersebut. Akhirnya keluar juga ibu –ibu tadi, kemudian otomatis dong kita minta maaf, dan menunjukan maksud kita sebenernya, hampa dan kesedihan yang kita rasakan, nyatanya ibu- ibu ini berdalih tidak punya persediaan air panas? Siapa tau? Ya kan!. Memang aneh disini, unutngnya ibu- ibu itu nunjukin dimana tempat sebuah warung.

Kita semua tadinya mengira itu bukan sebuah warung, eh…. Ternyata bener itu adalah sebuah warung. Akhirnya kita menemukan mukjizat Allah nikmatnya tiada tara, setelah ngobrol – ngobrol dan meminta izin kembali buat nginep di masjid ini, kita juga belanja – belanja buat kebutuhan kita nanti disana. Kita belanja, seperti minyak tanah, asin, minyak kelapa, garem dll, ya mirip kayak mau tugas akhir KTK waktu SD lah, ga jauh kayak gitu sih? , kemudian kita minta air panas, alhamdullillah gratisan lho!!!!, tadinya kita mau bayar, Eh….. si ibu-nya ga mau dibayar, padahal kita sudah ngasih Lho?........ ya terima kasih banyak bu ya?????, kita semua bisa makan mie rebus alias air panas yang dicampur langsung dengan mie-nya. Semua makan dengan nikmat, mungkin karena dah Kelaperan kali ya?.


DO’A SEBELUM TIDUR

Setelah makan, dengan Bismallah dan di akhiri dengan Alhamdulillah, kita membersihkan alat – alat yang sudah kita pake, bersyukur bahwa hari ini kita masih diberikan kenikmatan yang belum tentu orang mendapatkan nikmat yang sama seperti kami. Inilah saat-nya merasakan nikmat yang di berikan Allah kepada makhluk-nya agar tetep kita bersyukur kepada Allah dalam kondisi apapun, AMIIN.

Penentuan keorganisasianpun di rencanakan mala mini, Zamzam memulai pembicaraan ini yang saya tau bahwa perjalanan ini di ketuai zamzam, ternyata tidak demikian. Saya di tunjuk sebagai ketua, kemudian seksi acara di pegang oleh Riki, pengumpul kayu bakar dan pendiri tenda adalah Trino dan Mahmud, Zamzam sendiri sebagai seksi Dapur alias konsumsi yang sudah siap makan.

Kita tidak banyak debat, mungkin inilah makna organisasi “tidak usah banyak orang, tidak ada komunikasi, dan akan hanya terjadi kemunduran saja”. Dengan sedikit orang aka nada komunikasi, dan tujuan – tujuan akan tercapai. Itu yang saya pelajari dari perjalanan ini sebelum saya menutup mata. Karena background saya adalah sebagai orang organisasi, mungkin ini benar adanya.


GORENGAN PENAHAN LAPAR

Pagi hari yang berkabut, menahan matahari untuk memancarkan sinarnya di desa ini.

Setelah shalat subuh, kita semua bergegas menyiapkan segalanya apakah ada yang kurang atau tidak. Kita kembali ke warung tadi malam, untuk mengembalikan termos dan gelasnya, lama juga kita nunggu dan tidak ada yang keluar “pada kemana nih?, ko ga keluar – keluar!”, kita sih ngga kecewa, cumin kesel aja nunggu?? He he he he.

Setelah lamanya nunggu, sayapun mendengar pintu warung ini terbuka sedikit demi sedikit. Eh, orang yang ngebuka warung ini adalah ibu – ibu yang tadi lewat di depan saya, “kemana ya ibu yang tadi malem?” saya bingung sendiri!, dengan desa ini.

Kita ngobrol –ngobrol tentang hal yang ngga penting dengan yang punya warung, walaupun ngga lama, karena kita ngumpulnya di depan warung yang ebrteras kan dari lapisan semen yang masih ber-embun. Kita di suguhi gorengan – gorengan yang masih hangat, mmmmmhhhhh enak juga pagi – pagi dah mankan gorengan, karena tadi malam kita semua makan mie yang di masukin kewadah kemudian di tutup, setelah beberapa menit kemudian baru bisa di makan alias mie – nya dah ngga keras lagi, jadi apa nama mie yang saya makan itu ya?.

Tiba –tiba Riki datang dengan muka yang penuh harap, meminta izin agar bisa membuang isi perutnya yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuhnya itu. Si Ibu dengan tenang mempersilahkan Riki memakai WC – nya. “ Bu tiasa ngiring ka jamban?” jawab si Ibu “mangga – mangga!”,

“he.. euweuh ka era maneh mah KI”, saya menimpali Riki, ternyata si Ibu mendengar kata –kata saya “Nya teu nanaon atuh, da nu kitumah teu tiasa di tahan?”. “baguuu….ssss” sahut saya dalam hati.

Saya pikir bentar lagi nak – nak yang lain pada ngikut, Zamzam menyusul masuk ke WC setelah Riki keluar, kemudian Trino dan yang terakhir Mahmud. Semua ga pada mandi pagi ini, mereka Cuma hanya numpang “PUPS” doang.

Cerita mereka sangan menggelikan untuk di dengar, katanya posisi WC itu sangat berdekatan dengan Ibu- ibu yang sedang menggoreng. Kemudian pembatas WC-nya juga sangat rendah, jadi kalo si Ibu mau iseng nongol atau mlirik kegiatan yang sedang “PUPS” ini, bisa terlihat. Pertama yang bercerita itu Zamzam, yang ngga jadi buat PUPS karena memang ngga keluar – kelaur atau malahan ngga terbiasa dengan keadaan seperti itu, Hmmmm. Selanjutnya Riki, dia memang orang yang sudah ngga tahan untuk PUPS, dari tadi malem. Katanya semua lancer, tapi ketika si IBU datang buat ngebalik –balik gorengan dia ngga ngeluarin ntu “Be’ol” takut kedengeran?, wa ka ka ka ka.


PERJALANAN MENUJU PUNCAK

Zamzam pernah bercerita kepada kita, kalau ke situ lembang akan banyak bunga di smaping jalan, setelah itu kita akan melihat banyak pohon pinus yang menjulang tinggi diantara jalan yang kita tempuh. Mhhhh sebuah panorama yang indah kalau di bayangkan.

Perjalanan pertama kita menyusuri rumah – rumah penduduk, jalan yang becek dan licin kita susuri dengan senyum dan senangnya hati. Sepanjang jalan rumah – rumah ini banyak yang memanggil kita aga r minya disahut, mereka itu adalah sapi – sapi milik para penduduk. Setiap rumah yang kami lewati hamper – hamper memliki beberapa sapi, rumah yang hanya dari bilik bamboo masih terdengar sayup – sayup suara music dugem yang menyemangati perjalanan kami menyusuri rumah – rumah ini.

Sesaat kita melihat kebelakang, sebuah perjalanan yang tadi kita tempuh “Mhhhh inilah alam yang kita huni selama ini, gambaran hidup yang penat kita tinggalkan, cengkrama dengan teman – teman di dunia maya kita sisihkan, sekarang kita menuju kehidupan yang sepi, jauh dari internet dan fasilitas serba canggih”.



Perjalanan akan kita lanjutkan, ??????? masih panjang….

Senin, 10 Maret 2008

SITU LEMBANG --- bagian 1


Sebuah perjalanan Tadzabur alam

Ada yang pernah ga ke situ lembang?, Imad and nak-nak DKM (Cuma berempat sih, karena yang ada waktu buat kemping ya cuman segitu!!!) by D way ga masalah brow!.

Acara kita sangat mendadak, sebenernya kalo dipikir-pikir ga terlalu mendadak karena ini adalah program tadzabur alam milik DKM Al-Haq. Untuk perjalanan singkat ini saya bagi ke dalam beberapa periode seperti :

Pesiapan alat, setelah shalat jum’at kita berkumpul di ruang utama masjid untuk bagi-bagi tugas pengumpulan barang-barang yang di butuhkan seperti wajan + seserok bahasa Indonesianya apa ya? , sampe ke urusan mendetail kita diskusiin. Saya sendiri kebagian bawa balsem atau perabot kesehatan takut-takut ada kejadian yagn tidak di inginkan. Semua di koordinasikan oleh zamzam sebagai pencetus ide tadzabur alam ini.

Zamzam, Trino, Riki dan Mamud sidik adalah crew tadzabur alam ke situ lembang , kita ber lima sangat sibuk nyiapin alat-alat yang dibutuhkan dan saya perhatiin ketika pengumpulan barang tersebut kita menargetkan akan berangkat jam tiga sore, dengan semangat nasionalisme saya, maka saya langusng pulang ke kosan buat siapin semua serta bawa celana yang bukan jeans karena di situ dinginnya minta ampyun dan juga bukan mau ke Mall ha ha ha ha . setelah balik lagiu kemesjid saya telepon-teleponan sama si neng geulis (cewe cantik) sampe telinga kaya keripik singkong.

Tugas Makalah Trino

Sangka dan tidak disangka semua terjadi, ternyata trino mampir ke kosan saya untuk minta artikel pemeriksaan kimi klinik, saya bilang kenapa? Katanya dia dapet tugas dari dosen tersebut buat di kumpulkan ini hari. GUBRAAAAAAAK!!!!. Aga sedikit termenung saya buka computer dan ternyata artikel yang di maksud tidak ada kemudian dia cabut dari kosan sedang saya masih sibuk nyiapin konsumsi seperti mi rebus lima bungkus dan kopinya juga serta wedang jahe biar ga kedinginan kalo memang butuh penghangat.

Awal-awal selama nunggu pembuatan makalah trino kita semua masih sibuk seperti nyiapin tenda, terpal, dan semuanya di kumpulkan di masjid. Jam ½ 4-an trino belum datang juga, dia berangkat sama zamzam, kemudian ashar pun berlalu. kita bosen juga, akhirnya saya balik ke kosan buat makan dulu setelah makan dan shalat ashar saya kembali ke masjid, Riki ternyata sudah BT nungguin karena saya lihat dia lagi tiduran di teras masjid. Sedangkan Mahmud ga kelihatan sama sekali batang hidung nya, “Ki kemana Mahmud?”, “masih di Kosan!” kata riki, rasanya dia makan juga!.

Keberangkatan yang di tunda

Sms trino mampir di HP ku, dia bilang sebentar lagi beres tunggu aja? Saya bilang dalam hati sebentar di warnet sih bisa lebih dari 1 jam. Tentu saja satu jam di warnet itu bukan suatu waktu paten, akhirnya setelah lama nunggu, mereka datang juga. Hamper dua jam kita jungkir balik tanpa maksud menjadi orang ter-eksis di lingkungan kampus yang asri ini.

Setelah semua beres, kita siap berangkat namun tetep trino merasa ada beban yang dideritanya?, hmmmmm. Kita semua berdo’a sebelum berangkat mudah-mudahan di berikan keselamatan dalam tadzabur alam ini yang dirasa sangat mendadak. Tadinya kita tidak hanya berlima tapi karena keperluan pribadi masing-masing dari kita beda, ya jadi tinggal segini deh!.

Kita berangkat. Keberangkatan kita di iringi tangis serta sedu dari putra dan putri asrama kampus ku di Padasuka Atas No.233(ha ha ha ha ha mana ada tangisan yang mengiringi kitamangnya mau kemana????? Wa ka ka ka.) Yupz, kita berjalan kaki dari kampus sampai ke Padasuka kurang lebih selama ½ jam. Sebenernya banyak ojeg sih, tapi saking gengsinya, masa kita naik ojeg sih? Lemah banget bisa-bisa disebut nak mami lagi!!. Lagian nantinya ga kena harapan yang kita ingnkan, ya ga?. Kalo naek ojeg kita akan bayar 3000 rupiah, saking jauhnya tuh?.

Arah yang di Tuju dan DAMRI bukan alternative kami ke Alun-Alun Bandung

Sebenernya ada dua arah untuk mencapai Situ Lembang tapi kita akan datang ke situ lewat Cimahi, grimis menghiasi situasi kebahagiaan kita semua, bukan tangis tapi haru melihat remaja-remaja ini menapaki jalan untuk menemukan kembali siapa dirinya? Kurang lebih seperti itu suasana syahdu antara hati kita dan alam yang mengiringi keberangkatan kita, hu hu hu hu . Ketika gerimis yang sebentar lagi mengamuk menjadi hujan, zamzam mengira ada transportasi dari Ci Caheum ke Cimahi, ternyata tidak ada. Damn, rencana berubah langusng kita pake rencana kedua yaitu kita harus ke alun-alun bandung dahulu.

Riki dan Mahmud belanja kebutuhan Pokok yang memang direncanakan di beli ketika kita menapaki perjalanan ini. Perhentian kita yaitu di sebuah toko yaitu alfamart (saking menjamurnya toko alfamart di Indonseia ini mau ga mau kita mampir juga disini) sekalian beli senter karena ketika kumpul di masjid kita tidak mendapatkan barang tersebut. Setelah itu, kita naik mobil ke arah alun-alun bandung, gilanya kita naik mobil Preman, taukan kalo di daerah bandung ini khususnya daerah ini banyak banget mobil kayak gini dengan tujuan alun-alun. Mereka biasanya berebut dengan DAMRI sebuah persuahaan transportasi milik daerah Bnadung ini, DAMRI sendiri sebuah BUS yang saya pikir kebanyakan sudah ga layak pake, kalo kita standarnya ikut luar negri . Kita kan sebagai penumpang yang pengen ngerasain nyaman dan tenang, bukan ribut-ribut dan di maki-maki sama pengamen, cari nafkah ko nyumpahin penumpang!. BIlang kita pelit-lah, budek dll kata-kata itu muncul ga seneng sama hati saya? astaghfirullah, apakah disini tidak ada keharmonisan antara pemerintah dan masyarakat yang selalu tertindas, ya!!!.

Di bus ini selain penumpangnya di tumpuk juga pengamennya bayak banget malahan kaya reuni pengamen, ha ha ha ha. Akhirnya kita memutuskan naek mobil preman saja. Selama perjalanan kita dikagetkan oleh kelakuan si sopir mobil tersebut karena dia adalah cewe, ibu-ibu malahan. Bicaranya yagn ceplas – ceplos membuat kita di suguhi tawa dan kegembiraan karena dia sangat sigap dalam megang kendali mobil tersebut dan tidak luput juga sopir mobil preman itu mengeluarkan kata-kata kotor yang menurut kami tidak layak di ucapkan oleh seorang wanita. Dandanannya sangata rapi dengan kebaya dan lipsitik merah di bibirnya agak tua katanya dan dah punya anak, dia jadi supir menurut survey dia sendiri yagn saya rasa pun demikian, katanya hanya dia yang menjadi supir preman wanita ck ck ck ck, selain itu dia menjadi supir juga untuk masalah makan sehari-harinya, karena alasan klasik inilah menjadi pedoman semua masyarakat di Indonesia. Dia juga cukup berani dalam menentang aparat kepolisian, I’m salut for yu mum? Kenapa, karena dia brani melewati jalan yang di overboden gitu?, dia bilang “sok lah polisi mana yang mau nilang ibu, he he he” tapi dia juga pesen sama kita-kita “jangan ikutin ibu ya” haka ka ka ka ka ka ka memang lieur maneh bu bu!!!!.

Memeori bersama aparat, tahun 2007 yagn lalu ketika saya hendak pulang ke kampung halaman saya pernah di tilang sama aparat kepolisian kota subang di jalan OTISTA. Saya dan Andi ketika itu yang mengemudikan motornya yang berleterkan E untuk wilayah tiga Cirebon, dan sayapun sebelumnya ngobrol sama Andi kalo polisi di sini selalu mencari-cari kesalahan motor yang berleter E, hatta itu tidak ada pasti muter-muter nyari kesalahan sekecil apapun.

Ketika itu, kita terhadang lampu merah dan mungkin Andi telat melihatnya dan hanya sedikit melebihi zebra cross, namun tak disangka polisi tersebut meyebutnya sebuah pelanggaran, walaupun kita menyadarinya dan langsung memundurkan motor namun tetep saja yang kita perbut tadi adalah sebuah kesalahan yang harus dibayar dengan uang 25 ribu rupiah, itu juga hasil negosiasi. Memang tidak aneh lagi kalo setiap leter E selalu bermain petak umpet antara polisi dengan sang pemilik motor dengan leter E, karena tidak sedikit menjadi korban karena kita memang tidak punya kuasa dan selalu ditindas oleh aparat yang seharusnya melindungi rakyat tersebut.


DAMRI antara BANDUNG dan CIMAHI

Tidak selamaya saya tidak menyukai DAMRI, ternyata DAMRI yang saya maksud ini sungguh bijak. Kenapa demikian karena damri kita kali ini sangat enak walaupun tadi saya bilang ga enak tentang DAMRI, walaupun ya memang kenyataannya seperti itu?. Tidak beda karena memang sama. Namun, disini pengamennya ga ngomongin penumpangnya dan live concert lagi dari band – band ternama di Indonesia, suaranya juga khas karena yang nyanyinya anak muda gitu, saya simpen tas bawaan saya yang berat kaya bawa mayit gitu, saya simpen di belakang. Trus kita nyebar nyari tempat duduk yang masih kosong. Saya duduk sama Riki, memang dia itu suka banget bikin puisi yang saya harap puisi itu ga pulsi, sambil corat-coret dan merhatiin penumpang laennya dia bikin puisi, memang pada saat itu saya ga tertarik buat puisi dan apakah karena memang di selalu meng-olok-olok saya, itu wajar karena memang kita selalu meng-olok-olok ha ha ha ha….

Kita semua seperti saudara walaupun sering juga kita ngomongin satu sama lain, Karena jika berdosa, ya kita tanggung masing-masing, ya iyalah ha ha ha ha masa mau ditanggung bareng-bareng. Baru pertama kali ini saya naik DAMRI bukan karena ada kursi PLUS dalam arti kursi yang terbuat dari kayu yang melintang di tengah tengah untuk tempat duduk penumpang, juga jarak dari satu tempat duduk ke tempat duduk lainnya sangat dekat menurut persepsi saya, karena kaki saya harus di paksa melipat. Perjalanan ke Cimahi pun memang baru pertama kali ini, rasanya kaki dah mulai kesemutan serta sikap duduk yang dah mulai berubah-ubah, Riki tetep nulis puisinya. Dia ga mau ngasih tau puisinya, katanya takut di contek, hmmmmm sombong banget, saya bilang “kalo soal puisi mah gampang, karena buku pun dah saya rampungkan” saya senyum puas melihat kekalahan Riki ber-argumentasi. Wakakakakak.

Didalem DAMRI tersebut saya ga bisa tidur karena di depan tempat duduk saya ada dua orang cowo kaya mesraaaaaaaaaaa banget, satunya maen game billiard di HPnya dan yang satu nya lagi ngangguk –ngangguk dengerin cowo yang maen game tersebut, sambil nunjukin tempat – tempat sepanjang jalan, dan sayapun ikut nengok ketika orang tersebut menunjuk suatu tempat dan begitu juga dengan Riki, maksudya dia juga ikut nengok gitu. Di pinggir saya da ibu – ibu namun masih muda yang duduk di kursi PLUS tersebut, sedangkan di belakang saya ada orang yang kayaknya lagi pacaran, style cowonya beda dengan kebanyakan orang Bandung, pake kaos oblong tapi yang keliatan keteknya, pake kalung army gitu trus pake head sate dan pake kupluk-nya stave coconut.

ALUN-ALUN KOTA CIMAHI

Akhirnya kita sampe juga di Cimahi, maghrib berkumandang jelas ditelinga saya ketika masih di bus DAMRI. Keinginan ini sangat dan ingin sekali menapaki kota Cimahi, merasakan dan menghirup udara kebebasan dan kepenatan selama di dalam bus.

Kita semua turun di dekat pertigaan dan didepannya ada sebuah mesjid yang di renovasi, itulah masjid alun-alun Cimahi. Kita berjalan menyusuri jalan yang agak becek disekitar masjid, ini adalah kota yang menurut saya belum menjadi sebuah kota, adakah standarisasi untuk sebuah kota?. Saya terkejut melihat masjid ini, benar ini masjid sedang di renovasi. Di dalam masjid tidak ada marmer dan keramik yang menghiasi ruangan masjid dan hanya di terangi lampu-lampu penerang atau neon biasa.

Orang-orang khusu dengan ibadahnya, walaupun alas shalat saya basah karena air hujan saya berusaha khusu dengan kewajiban ini. Saya shalat sendiri karena kita bergantian jaga barang. Setelah shalat saya melihat-lihat ruangan masjid ini, masjid ini beratapkan fiber atau apa yang berbentuk mengerucut keatas dan berlapis – lapis, mungkin dari lapisan inilah air hujan menetes ke dalam masjid. Mungkin seorang kyai, karena mereka juga mendengarkan tausiah secara khusu dari seorang yang dituakan tersebut. Saya tidka terlalu mendengarkan, karena kewajiban saya sekarang menjaga barang bawaan, sebelum shalat zamzam saya ajak bicara saya bilang saya punya saudara di dekat sini, nanti akan saya coba hubungi.

Sayapun menghubungi Ce Jua (Ce, merupakan nama panggilan untuk perempuan yagn lebih tua dalam suatu keluarga orang-orang sunda), Alhamdulillah Ce Jua ada di rumah langusng saya menghantarkan niat saya agar saya bisa menginap di rumahnya sama nak-nak yang lain. Sayapun tahu, Ce Jua tinggal di sebuah perumahan sederhana (dulu sih saya litany waktu saya SD, ha ha ha lama banget!!), dan ternyata benar saja Ce Jua tidak bisa menampung kami berlima, Ce Jua orang nya baik dia mau mengantarkan makanan kalo saya minta, tapi saya menolaknya dan dia juga turut prihatin atas musibah terhadap keluargaku, karena bapakku di rawat di RS karena batu Ginjal, serta musibah keluarga lainnya saya tahu dari Ce Jua yang memang mengunjunginya.

Setelah semua shalat, kita melanjutkan perjalanan menuju kawasan KOMANDO. Tapi, kita tidak akan langsung kesana karena hari sudah malam. Selama perjalanan kita berdiskusi ato sekali-kali ngobrol yang ga penting dan kesimpulannya kita nginep di sebuah mesjid di perkampungan.

Selama kita berjalan sebenarnya kita semua ingin merasakan betapa nikmatnya ataukan pahitnya perjalanan ini, kaena hari sudah gelap walapun perjalanan yang kita tempuh sudah agak jauh tapi kata zamzam kita mending naik mobil aja. Mobil ini bisa dikatakan sebuah angkot, mobil ini berwarna kuning dan anehnya karena memang saya baru pertama melihatnya pintu ini mobil dari belakang, hakakakaka.

Di dalemnya ada lampu yang menyala biru aga remang-remang dikit romantic sih kalo bareng ma cewe, tapi kita kan disini cowo semua masa mau romantis-romantisan. 3000 kita keluarkan untuk mencapai komando, Alhamdulillah memang kita sedang di berkahi nikmat oleh Allah supir nagkot ini menyampaikan tepat di depan sebuah mesjid di perkampungan deket PDAM.


Bersambung ………………………