s

Selamat datang di WeBlog Imaduddin.B, Amd.AK

Kamis, 27 November 2008

Dua Pelangi

Sejak kecil saya berada diantara dua kebudayaan, yang membimbingku untuk selalu berbuat fleksibel, itu pun sebisa mungkin saya berbuatnya karena kebanyakan saya terbawa diantara dua budaya itu.

Saya hidup ditengah – tengah mereka, berfikir dengan teori Plato dan Aristoteles, bahkan ada yang berfikir dengan cara Darwin yang perlahan - lahan mulai merasuki pola pikir bangsa kita. Teori evolusi yaitu kemenangan untuk yang kuat dan kekalahan bagi yang lemah.

Sejak itulah saya ingin mendalami semua idiologi mereka, namun kesempatan itu sangat sulit bagi saya. Selain saya harus mengambil gelar sarjanaku dan mengurus segala kegiatan yang ada di tempatku menutut ilmu.

***

Hari minggu ini saya ingin lari pagi untuk menghirup udara bebas, bebas dari kepenatan, bebas dari kegelisahan dan bebas sejenak dari kehidupan yang menjenuhkan. Tidak mudah untuk melepaskan semua ini, harus perlahan – lahan dan pasti.

Saya lari menyusuri jalan – jalan yang kecil beraspal, aku lihat betapa ramainya dunia ini. Banyak sekali hari ini orang – orang yang berlarian, penuh canda dan tawa, tidak ada beban yang terlihat di kegelisahan raut wajah mereka.

Keasyikan mereka membuat saya sadar, tidak seserius itu mereka menjalani hidup ini. Mereka hanya mengikuti alur ini saja, alur kehidupan yang ditentukan oleh tangan – tangan manusia. Mereka mengamini semua perintah penguasa, penguasa yagn hidup diantara dua teori yang mebelit lehernya.

Perubahan situasi, keadaan belum nampak pada selaput otak mereka. Kini saya ada diantara hidup mereka, berfikir dan merenung diatara mereka namun tidak bisa mengungkapkannya. Perasaan yang muncul dari mereka nampak suci, mereka tidak tau apapun walaupun setiap pemilihan umum mereka dipaksa memilih untuk sebuah alasan demokrasi.

***

Memang benar tidak ada air yang bersih jika sudah ada di hilir, semua sudah berubah dan tidak ada yang nyata di dunia ini sekarang. Entah saya harus memulainya dari mana, entah saya benar atau salah sayapun tidak tau? Saya hanya mengikuti kata hati ini saja, saya sudah mulai enggan untuk mengikutu kekayaan intelektual sang penguasa yang sampai saat ini sudah mulai bergerak entah kemana, apakah bergerak maju atau mundur.

Apa yang harus saya lakukan menatap kedepan atau mencuri – curi pandang kebelakang tentang kisah masa lalu

Sabtu, 26 Juli 2008

Wisata Tugu

Kehidupan ini takkan berhenti jika memang sudah ditentukkan, aku berjalan terus menerus dan melintasi beberapa wilayah yang belum pernah kulihat. Sungguh senangnya hati ini, menikmati keindahan dan kemolekan alam, karya cipta sang pemilik segala. Aku tersentak dan barulah menyadari jika semua ini adalah kehendak dan atas perintah-Nya semua berjalan dan beredar.

Tidak ada setitik pun yang terlewatkan, kesemua ini adalah merunduk atas pilihan nya masing – masing, menentukan pergerakan, peredaran, dan rotasinya adalah semua perintah-NYA. Aku melupakan kesemua itu, harusnya aku meraskan itu semua ketika aku duduk, berdiri sekalipun itu aku sedang berbaring. Aku diciptakan dari satu ekor sperma yang bergerak, menjadi pejuang untuk melawan segala rintangan karena itulah kepastian-NYA.

Kini aku sedang melewati, hari hari dengan kegembiraan dan tidak luput atas nikmat dan karunia-NYA karena semua ini adalah miliknya. Alam yang begitu luas terhampar adalah keindahan yang tersembunyi jika kita tidak mensyukuri kejadian kita sebagai makhluk yang diciptakan.

Tugu – tugu yang dibangun manusia merupakan karya Indah, tapi itulah karya manusia. Keindahan ini ada waktunya, akan melewati masa – masa yang tidak bisa di ingkari. Tugu ini merupakan karya sejarah dan harus di ingat, kenapa ini harus di bangun, kenapa harus di wujudkan menjadi ada?.

Saya mencoba menjalani apa yang ada dalam kehidupanku, di depan mata aku lewati. Ditempat aku sendiri kini diam ada sebuah tempat (di Bandung = gasibu) tepatnya sebuah monument sejarah yang dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan. Ada tempat lain di dekat gasibu yaitu Taman Makam Pahlawan ditempat itu bukan hanya makam – makam pahlawan yang ada, tapi ada dua tugu yang menjulang berdampingan jika Anda mau masuk kedalam area makam tersebut, didepannya ada sebuah seperti kolam tapi ngga ada airnya. Disitu ada replica atau pahatan entahlah namanya apa?, disitu pokoknya ada replica tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia sampai merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Di gasibu tiap hari minggu rame banget, banyak yang jualan, macet sih ia, terus biasanya kalo malemnya suka ada acara, klo acaranya seru – seruan biasanya sampe hari minggu sore. Nah, untuk tugu nya itu klo habis ada acara gitu biasanya banyak sampah, dan setiap hari minggu di situ ada yang suka latihan.


Kemudian di tegalega terdapat tugu Bandung lautan Api, tugunya berwarna merah kekuningan mungkin terbuat dari perunggu (ngga tau pasti sih?) tugu tersebut mungkin untuk mengenang kisah heroik masyarakat bandung ketika peristiwa bandung lautan api terjadi. Kalo disini tempatnya enak, terus luas banget, lumayan bersih, salah satu tempatnya acara – acara di Bandung.

Sabtu, 07 Juni 2008

Situ Lembang # 4


MENTARI YANG MALU – MALU

Malam terasa dingin mengisi dan menyelimuti lembah dan dataran situ ini, tak ada seorangpun yang berani keluar untuk melihat bintang kemintang (coz hujan...????). suara anjing menyahut –nyahut menandakan bahwa dialah anjing... he he he he.

Suara langkah kaki terdengar berderap mendekati tempat tidur kami, “saya mendengarnya?” derap langkah dua orang menuju kegelapan, didalam tenda kami memasang penerang dari lilin yang tidak sekiranya dan semoga saja tidak menghanguskan se isi tenda ini, walapun mata masih terbeblalak karena dingin menyelimuti seluruh tubuh namun niatan untuk tidur sangat saya harapakan karena besok adalah akhir dari semua perjalanan ini.

Kembali ke kampung halaman (my kampus) dengan harapan semoga uang yang kami punya akan di tukar dengan bahan – bahan yang bisa saya makan, coz disini ga ada warung. Kalo pun ada jaranknya sekitar 3 km dan harus jalan kaki argghhhhhhhhhhhhhh............

Tidak ada jam dan tidak ada alarm untuk bangun pagi. Suasana diluar masih berkabut, tidak ada mentari untuk menghangatkan badan kami, sinar yang diharapkan kini tidak nampak, saya rasa sangat kuat ya orang – orang disini. Mereka semua tahan dengan keadaan seperti ini, hidup jauh dari dunia yang sebenarnya?, jauh dari kebisingan, hura – hura, foya – foya yang mencirikan khas budaya kota, mereka hanya memakai baju tebal dengan jaket yang beraneka macam, motor merekapun di ubah menjadi motor liar. Ternak mereka disamping rumahnya, tumpukan “tai” sapi mungkin tidak aneh lagi bagi mereka, wanginya yang menyengat sudah menjadi hal yang biasa dan belum biasa buat saya.

Mungkin budaya kita berbeda, tapi kita memiliki kesamaan yaitu bertahan hidup di segala kondisi apapun. Mereka biasa mencari kayu dan rumput entah kapan berangkatnya dan entah mereka kembali, suatu hal yang sulit untuk dilakukan oleh orang seperti saya.

Pencari ikan

Hujan rintik tidak bisa menghalangi niat saya untuk menyelesaikan perjalanan (saya jadi bingun ni perjalanan or apa he he he .... Tulalit......”), kita semua mulai membersihkan alat – alat aygn dirasa telah di jilati anjing (ingat kata orang ‘jika alat – alat yang kita gunakan telah di jilati oleh anjing, diharuskan untuk di cuci 7 kali”) itulah mengapa kita semua memberishkan alat – alat masak yang di itnggalkan di luar tenda.

Semua bergegas, dibawah rintikan hujan itu menahan dingin dan air hujan yang mulai menyerap ke dalam baju yang kita kenakan. Tidak lupa, sebelum kami pergi meninggalkan tempat yang cukup memukau hati ini,kita mengabadikan semua kegiatan kita disini.

Satu hal yang tidak boleh dtinggalkan, dan harus menjadi cerita untuk masa depan. Bukan hanya hobi tapi mensyukuri, inilah kisah yang patut di abadikan karena tidak semua orang bisa datang kesini dan bisa merasakan bahwa sangat besar sekali nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. kepada kita semua, makhluk ciptaan-Nya yang tidak tahu malu karena dosa yang dibuat oelh tangan dan kemaluannya sendiri, dan bersimpah dosa karena apa yang telah kami lakukan.

Karena perjalanan inilah, mudah-mudahan hari esok nan baik dan lebih indah karena karunia Iman untuk hidup dengan Sunnah Rasul akan lebih baik.


Karena Kita adalah Manusia

Tidak terasa apa yang telah kita lewati, dingin yang menyelimuti nafsu yang menyayat hati kini mulai pudar. Banyak yang seharusnya kita dapatkan jika kita semua peka pada alam yang indah ini. Kesabaran, indahnya alam, hujan yang tak henti-hentinya datang bersamaan awan dan kabut, matahari yang memancarkan sinarnya seperti semangat kita yang hendak datang kesini, air yang tenang mencirikan seorang mukmin sejati, tarian lembut angin dan pohon yang beriring semua adalah nikmat, nikmat yang tidak pernah tergantikan.

Kita adalah manusia, jangan lupakan itu. Tidak ada yang bisa menandingi siapa pencipta kita. DIA adalah maha besar, penyayang dan pengasih.

Ya Allah, jangan matikan setiap langkah kakiku untuk menikmati semua ciptaan-MU

Agar kami tahu, apa yang seharusnya kami sembah selain Engkau ya Allah.....


Untuk hari esok

Setelah menyusuri jalan terjal ini, ada hal yang tak bisa ditinggalkan. Semua tertuju pada satu arah, yaitu arah yang tak terlihat. Ingin rasanya kembali ke jalan yang baru saja saya tapaki dua hari yang lalu, ke arah mana saya harus mencari untuk suatu daerah yang belum pernah saya lihat. Saya membayang kan kalau disana akan banyak hal yang akan terjadi.

Kita semua mungkin telah merasakannya, suatu keindahan yang tercipta abadi untuk di kenang selamanya. Suatu harta yang takan mampu di curi oleh orang, karena harta ini akan di bawa oleh saya kemanapun tanpa ada yang bisa melihatnya.

Jika saya kembali kesana, mungkinkah kenangan ini akan terulang kembali? Rasanya tidak akan pernah terulang kembali. Yaitu kala kita memang benar berbagi rasa bagaimana hidup di bawah aturan sang ilah.

Dunia yang telah saya lewati, sungguh memukau kehidupan metropolitan yang penuh sesak dengan kesibukan semua orang untuk menahan perutnya dari kelaparan. Disini apakah ada orang yang bergelut dengan dunia yang semakin tak bisa di pahami oleh mereka?. Masyarakat sekarang pun sudah mulai meninggalkan dunianya untuk melihat dan melek akan tekhnologi yang ada, yang saya takutkan ketika mereka semua melek dan tidak di bekali dengan ke ahliannya, wajar saja negara ini menjadi cacian bangsa lain.

Kita adalah sebuah negara besar, namun transformasi ekonomi saja masih seperti ini?, tata ruang yang seperti itu pula? Entah apa yagn bisa di harapkan dari perjalanan saya pulang ini. Saya hanya membayang kan bahwa wilayah dari setiap bagian negara ini terlihat indah dan asri seiring dengan perkembangannya.

Namun apa yang terlihat, pembangunan yagn dilakukan mungkin hanya sedikit yang terencana selainnya adalah bangunan liar? Mungkinkah seperti itu?, jika bukan demikian kenapa jalan untuk menunjang transportasi kita masih seperti ini? Dimana?.

Saya tidak sedih melihat seprti ini?, apakah saya harus lari kenegri orang untuk memakmurkan diri ini. TIDAK! Saya tidak akan pergi ke negri orang yang katanya lebih indah dan lebih makmur masyarakatnya?, tapi disini saya ingin melihat dan merasakan keindahan negri ini?, kemajuan negri ini, dan merasakan nikmatnya menjadi bangsa yagn besar dan bangga menjadi bangsa Indonesia.

I love Indonesia


THE END

Jumat, 30 Mei 2008

Situ Lembang #3

TAS KOSONG

Siapa disini yang masih kosong tasnya?, semua membawa tas-nya masing – masing walaupun saya ingin mencoba membawa tas zamzam namun saya ngga yakin kalau saya bisa membawanya. Berat memang dan besar tas yang di bawa sama zamzam, karena diantara kita semua yang paling besar tasnya adalah zamzam.

Coba kita lihat sekarang photo zamzam saat bawa tasnya?, mungkin kah dia kelelahan atau bagaimana?, namun dia ngga pernah sekalipun mengeluh cape, tapi ngga tau pasti ding?.

Yap, dia mungkin penanggung terberat di perjalanan ini tapi itu atas dasar kemauan dia it’s OK, selagi diantara kita tidak ada paksaan.

Perjalanan kita melewati pohon – pohon yang sedikit tertutup kabut. Bunyi angin terasa seperti hujan deras mengguyur sepanjang hutan yang kami lewati, Mmmmmhhhh saya takut mendengar teriakan pohon ini, mereka semua bergoyang kearah kanan dan kiri. Sepanjang perjalanan ini kami sesekali beristirahat hanya untuk sekedar mengabadikan perjalanan ini, suatu perjalanan yang mengenang kita secara pribadi – pribadi bahwa kita adalah makhluk yang di ciptakan.

Saya sendiri sangat merasakan dunia ini, dunia yang selalu orang tak memperdulikannya. Kita seharusnya menjajaki kembali siapa kita sebenarnya, kita harus tahu dan itu adalah kehendak kita. Bukan hidup semau kita, tapi harus adanya aturan hidup yang bener – bener bisa di pertanggung jawabkan di akhir nanti.

Sepanjang perjalanan kita banyak ngobrol dan berbagi pengetahuan secara mendasar, tapi secara garis besar semua materi yang di tonjolkan selama perjalanan ini tidak lepas dari isi dan kandungan ayat – ayat qur’an, subhannallah. Saya juga tidak menyadari hal itu, baru sekarang saat menulis catatan ini saya merasakan bahwa benar pada saat itu kita banyak membicarakan kisah Rasul dari Adam sampai Muhammad S.A.W.

Sejauh apapun perjalanan ini, kita tetep semangat untuk mencapai tujuan kami. Lelah mulai terasa pada setiap kru kita, setiap tetesan keringat kita akan di bayar dengan kepuasan yang tak tergantikan.


KEHIDUPAN NYATA

Kehidupan ini sekalipun tak nampak dari kehidupan nyata, kita seakan hanya ingin mendapatkan apa yang kita mau namun jika tanpa usaha kita tidak akan mendapatkannya. Apa artinya uang dan harta yang melipmah jika kita tidak memberikan zakat kepada yang berhak, apa artinya jabatan tinggi jika kita selalu memposisikan bawahan kita sebagai budak pingitan, naudzubillah.

Titik kemenangan akan tampak di pelupuk mata kita, penghujung mata memandang mengayuh semua lelah setiap kita. Setapak dari setumpuk hasrat kita ingin memetik kebahagiaan akan terwujudkan. Ketika Zamzam memberikan motivasi bahwa ujung perjalanan ini akan berakhir,

“Biasanya langsung aja masuk?”, perkataan ini yang keluar dari Zamzam. Karena dari kami berlima hanya dialah yang pernah kesini, “Dulu disini tidak ada portal, dan disini ada tulisan!” sambung Zamzam . Mungkin dia ngga tega kali ya, melihat kita semua pada bingung.

Ga lama kemudian ada penduduk melintas lurus mengikuti jalan berbatu itu, mereka semua melihat ke arah kita berlima. Tanpa berkata – kata lagi, kita akhirnya mengikuti naluri Zamzam yang disini memposisikan sebagai kompas perjalanan kita. Dengan semangat yang tersisa akhirnya kami melewati portal penghalang jalan masuk ke Danau ini.

Kita semua berlomba lari sambil mengendong tas kita bawa, rasa cape hilang karena termotivasi untuk melihat “Situ = Danau” yang panuh cerita ini. Berat yang di bebankan di dalam tas, meloncat – meloncat menghindari genangan air dan bebatuan. Alhamduliilah kita semua tidak ada yang jatuh, nafas kami ter-engah – engah saling menyusul satu sama lain.

Akhirnya sedikit demi sedikit terlihat hamparan air yang membentang luas, mengurai kesejukan dan panasnya tubuh kita semua. Segalanya sudah terobati, keindahan alam dengan sejuk mengguyur kelelahan yang sudah mulai menghilang perlahan – lahan. Kita semua, kuhususnya saya mungkin adalah orang yang beruntung bisa melihat semua ini. Ke indahan dan keajaiban yang diciptakan akan membekas selamanya takkan terlupakan.

Kayu basah dan Air yang Dingin

Tenda kami telah didirikan, tidak lupa setelah semua perizinan selesai. Yang harus diketahui ketika kita berkemah di Situ Lembang ialah jika kita mau bermalam katanya jangan buang sampah sembarangan, cinta lingkungan gitu?? Dan karena disini juga sudah banyak sisa – sisa sampah sebelum kami yang sebagian besar sampahnya tergolong sulit untuk di daur ulang (ini pasti ulah manusia?? Hik hik hik), kemudian jangan menebang pohon sembarangan dan yang terakhir adalah jangan buang kotoran sembarangan khususnya ke danau, katanya lebih baik itu Tokay di pendem dalam – dalam (kaya teori kucing bertelor gitu).

Teori ini terus berputar – putar di sela-sela otak, boker nanti dimana???, apa harus kayak kucing nih. Kita semua mulai bagi tugas, alias suka – suka dewek, ada yang mulai bersih – bersih, terus masak dll. Karena terlihat di jam sudah menunjukkan (kayaknya dah lebih) untuk mendirikan shalat dzuhur, kitapun semua bergegas untuk mendirikan shalat yang tidak harus di komandoi karena shalat merupakan kewajiban seorang mukmin (walopun masih ngerasa mukmin sejati,).

Saya kebagian kocokan pertama dalam mengimami jamaah ini, he he he. Dalam hati apa yang akan di bicarakan setelah beres shalat, katanya tugas seorang imam setelah shalal adalah memebrikan sedikitnya 7 menit gitu, hik hik hik. Demi konsisten dan perjuangan jihad untuk mendirikan agama dalam hati maka kita pun semuanya setuju – setuju aja, klo cerita sebenernya kita semua merasa bersyukur telah di berikan untuk menikmati ke indahan alam yang takjub banget.

Sebelum shalat dilakukan saya mulai berfikir, apa yang sebaiknya dan berkesan untuk dibicarakan nanti setelah shalat ini. Saya teringat materi kuliahan Cosmologi Al qur’an dimana materinya adalah membicarakan tentang proses penciptaan alam semesta. Walaupun tidak semua diberikan namun secara garis besar saya samapikan, bahwa intinya dari proses penciptaan alam semesta ini selain kita tahu bahwa Allah Swt. menciptakan alam ini dalam qurun waktu 6 yaum begitu juga alam semesta ini beredar bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk Allah. Jika, alam semesta dengan ikhlas mau menjalaninya dengan perintah Allah terus bagaimana dengan kita, yang juga termasuk hasil penciptaan Allah. Bgaimana kita untuk ihsan dan bagaimana kita mensyukuri semua ini. Bla bla bla semua sampai beres materi nya yang disingkat dan dipadatkan untuk waktu 7 menitan.


Nikmatnya Makanan ini?

Jadi teringat tentang sabda Rasulullah saw. urang lebih tentang makanan yang dibuang dan jangan menyisakan makanan = mubadzir itu temennya syetan, hiiii ngeri juga sih. Tapi itulah yang terjadi pada kita semua. Ketika makanan yang kita masak ini tidak sempurna, ketika beras diharapkan menjadi nasi namun dia hanya sampai tahap setengahnya. Apa mau di rasa perut sudah menanti kehadiran si butir beras untuk dimakan, kata orang di rumah klo beras belum masak itu ga baik tapi disini semua baik baik saja, ha ha ha ha malahan kita semua memakannya denga lahap. Jadi tidak ada yang tersisa karena mungkin dari pagi kita belum makan yang namanya beras.

Semua akan terasa nikmat jika kita benar-benar merasakannya, jangan dijadikan sebuah kesedihan toh kita semua kesini untuk mencari hal yang baru dalam arti kita disini adalah untuk lebih mengenal diri kita sendiri begitu juga dengan seberapa pentingnya teman disini. Jangan sampai kita kesini datang sama-sama tapi segala urusan hanya untuk masing –masing. Itulah makna perjalanan yang ingin kami capai.

Jadi Juru Masak.

Setelah melihat fenomena masakan yang terjadi tadi siang, maka saya memutuskan untuk bergabung dengan tim masak = ngebantuin (berarti dari tadi ngapain?????).dengan bekal selama 3 tahun hidup di lingkungan asrama yagn dibekali keterampilan tambahan yaitu koki, Cleaning Service, petani dll saya mengambil kesempatan ini untuk menghadirkan makanan kelas istimewa saat makan nanti sore.

Dengan bahan bakar yang diciptakan dari genangan air, minyak tanah secukupnya, kemudian kertas yang dirobek –robek trus di celupin ke minyak tanah tersebut kemudian dinyalakan, begitu seterusnya karena kayu di sini semua basah (maklum musim hujan), beras kita bagi dua supaya tercipta nasi yang diimpi –impikan. Sayur yang kita masak hanya dibumbui dengan garam dan gula saja, ya maklum juga klo mo enak mah ya dirumah he he he.

Makan kita semua lancar malahan lahap banget makan sore ini, klo saya sendiri inilah saat nya bales dendam ha ha ha ha ha, ditambah makanan kali ini lauknya ada sarden makanan favorite nih. Nyam nyami enak tenan. Mak nyos.

Malam yang dingin!

Seperti biasa kita tidak ketinggalan untuk shalat dengan imam yang berbeda –beda dan dengan materi yang berbeda pula ketika kuliah 7 menitan itu. Setelah selesai masak kita semua mandi rame –rame, kemudian shalat ashar yang sekarang shalat nya dilakukan di dalam tenda karena hujan mulai merintik membasahi rerumputan yang tumbuh disitu lembang ini. Setelah shalat ini kita semua makan sore.

Pagelaran curhat di buka, siapa kita sebenernya? Setelah shalat, seksi acara membuat acara dengan tema curhat abis masalah cewe sebelum cewe yang sekarang, kisah masa lalu yang harus di ungkap. Argghhhhhhhh $$$$$$$$$$$$$$$$$$$.....

Memang paling menyedihkan kalo untuk mengingat – ingat kisah masa lalu yagn serba terbatas pada dimensi terkutuk. Mula – mula di runut dari Zamzam (klo ga salah) dia memulai ceritanya tentang wanita, ck ck ck ck Zamzam pernah jatuh cinta wuihhhhhhhhhhhh so sweaaattttt...... akhirnya saya mendengar langsung penuturan itu dari mulut dia sendiri, memang kisah yang kelam dan kelabu. Mungkin tidak semua orang akan mengalami kisah kita semua yang memiliki jalan cerita masing-masing yang sangat beragam rasanya, ada yang sedih, riang, dan keputus asaan. Kita semua bukan cowo yang terlahir untuk disakiti wanita khususnya saya yang paling dikenal dengan kedekatannya dengan wanita, mungkin itu ada benernya namun persepsi itulah yang semula salah kaprah saya kembalikan pada hakikatnya. Kedekatan saya dengan wanita hanya karena tugas setiap semester, karena ketika itu cowo hanya ada saya dan temen saya GP yang sekarang tidak ikut rombongan ini. Karena seringnya kebagian tugas dan harus bertukar fikiran itulah memang ada rasa terbersit untuk menyatakan suara hati ini sama si wanita, namun saya tidak akan memohon jawaban nya dia karena saya hanya mencintainya dan saya sendiri tidak akan meminta cintanya.

Setelah itu datang si wanita lain yang memang dialah yang saya harapkan, namun apa yang terjadi dia malah mengajak saya berputar – putar dalam hubungan, cape memang dan akhirnya saya menemukan seseorang yang memang benar – benar yang mengerti bla bla bla maklum nyari yang perfect itu harus di uji dulu sampe sekarang dia masih setia disamping saya.

Cerita ini kita lakukan setelah shalat ashar sampe harus di tunda untuk shalat maghrib, karena memang panjang kisah dari masing –masing peserta rombongan barakuda ini.


Wedang jahe

Malam ini terasa dingin walopun kita sadari bahwa ini musim adalah musim hujan. Ada usulan untuk membuat wedang jahe di gelapnya malam dan berkeliarannya anjing malam. Rasa dingin menusuk – nusuk sendi kalbu, dan membasahi hidung ku saya rasa saya mulilai terkena rasa dingin yang berat nih?.

Setelah hujan reda, kita semua berhamburan keluar tenda untuk menciptakan suasana yang hangat, walaupun sebentar tapi itulah nikmatnya perjuangan ini. Api unggun yang kita punya tidak seberapa besarnya, namun bisa menciptakan suasana hati yang hangat. Dengan sedikit lagi bahan bakar kita berusaha untuk membuat bandrek. Jadilah.... jadi ya itulah yang kita harapakan, usaha ini tidak sia-sia semua kembali masuk dan menikmati minuman yang dibuat untuk menghangatkan tubuh yang mulai mengeras karena kedinginan.


Malam mulai mengusik

Rasa dingin ini mulai menjalar dari kaki sampai perasaan yang mendalam, terasa banget dinginnya sampai ngomongpun sedikit bergetar karena takj tahannya melawan dingin, ingin rasanya segera hari esok dan kita semua pulang dengan memabwa semua perasaan ini. Haru, senang, bahagia, dan dingin. Akh sulit dibayangkan memang klo nanti sudah kembali ke kampus, apa yang mau ceritakan nanti.

Semua baju yang kita punya didalam tas, di keluarkan untuk menambah alas tidur, namun tiu semua hanya sedikit membantu. Air hujan yagn mulai merayap masuk dan hujan rintik yang tak hentinya membuat sayu harus menambah balsem dikaki supaya tidak kedinginan. Tidur saya deket Zamzam, sebelah kanan adalah jalan untuk keluar. Air mulai masuk dari samping trus ketengah, saya tambah alas tidur tetep aja air malah meresap terus-terusan.

Dirasa karena tidur yang tak nyenyak,akhirnya saya minta tempatnya gantian sama Zamzam, dia mau bagi tempat yang agak kering. Walaupun terdengar suara orang yang masih mencari kayu kering tapi saya rasa mereka sia-sia karena tadi siang saya nyaripun tidak ada kayu kering. Begitu juga terdengar sayup-sayup suara anjing menggogok yang mengerilingi tenda kita.

Ada kejadian lucu disini, si Mahmud mungkin dia punya hobi mendengkur ketika tidur. Ketika malam mulai beranjak, kita semua tidur begitu juga dengan si Mahmud. Kebiasaannya itulah yang membuat Anjing di Situlembang ini merasa punya saingan, karena ketika si Mahmud Ngorok kemudian si Anjing menimpali si Mahmud.

Mahmud : Hkrooookkkkkkkkkkkkkkkkkk (suara ngorok)

Anjing : gok gok gok

Mahmud : Hkrooooooooooooooooookkkkkkkkkkkkkkkkkkk (masih suara ngorok)

Anjing : Gok gok gok (bingung kali ya, siapa nie?????????)

Si Riki bangun dari tidur mendengar perkelahian antar si Mahmud dan si Anjing, tadinya masih keheranan. Setelah melihat si Mahmud mulai ngorok lagi

Mahmud : hkroooooookkkkkkkkkkkkkkkkkkk puffffffffffffhhhhhhhhhhhhhh

Si Anjing : Gok gok gok

Si Riki : Hus hus hus hus (sambil ketawa)




Kamis, 20 Maret 2008

Situ Lembang #2

SEBUAH KAMPUNG YANG ANEH?

Mungkin karena belum terbiasa berkomunikasi disini jadinya terasa aneh saja?, katanya penduduk dari sini berangkat malem-malem hanya untuk mencari kayu bakar dan kembali lagi setelah pagi. Ga tau lah gimana caranya?.

Kita semua duduk kemudian menghela nafas, kami rasa hari sudah malam dan cuaca tetap masih seperti biasa, dingin dan berkabut. Kita semua tertuju pada sebuah warung yang masih buka di sini, rasanya perut kita keroncongan, laper sih ngga? Tapi pengen makan aja???. Akhirnya saya memutuskan ke warung sekalian ngasih tau kalo kita semua mau numpang tidur di mushola sini. Saya dan trino, kemudian di susul sama Riki dan Mahmud sedangkan Zamzam nunggu di tempat kita berhenti tadi yang setelah pagi tiba, baru tahu bahwa tempat itu adalah sebuah pangkalan ojeg.

Saya datang kemudian menanyakan apakah disini bisa masakin mie rebus?, ternyata harapanku sirna. Orang tua ini paruh baya, katanya disini ga bisa masakin makanan lagian sudah pada habis?, saya hanya merasa aneh saja dengan prilaku bapak ini, Dia ngga bisa masakin mie rebus tapi sebenarnya ada mie rebus tersebut kenapa ga mau masakin?, katanya juga ga ada yang bisa masakinnya?, padahal kita semua melihat TV dan orang-orang masih terdengar mengobrol?, Hmmmm Desa yang aneh, saya pikir.

Tidak peduli kita dengan hal itu, jadinya kita beli roti sebagai menahan lapar sementara selagi mencari orang yang mau bikinin kita mie rabus, he he he he. Akhirnya kita semua menuju masjid, setelah masuk pelataran masjid yang sungguh mengerikan itu, saya dikejutkan oleh sebuah >>>>>>>> , sumpah kaget setengah mati. Desa ini sepi, lampunya semua redup – redup, kayaknya lampu yang lima watt gitu!, masjid nya juga ga besar, standar masjid di perkampungan, lantainya sudah berkeramik. Pertama menginjakan kaki ke lantai, lantainya sangat terasa dingin sekali, baru kali ini saya merasakan dinginnya lantai.


BAIKNYA SEORANG IBU PENJAGA WARUNG

Setelah shalat Isya, kita semua berkumpul “mau ngapain nih setelah ini”, mau ngopi or ngerebus mie?, kontan saja perut yang dah goyah ini “Yu, cari orang?” akhirnya saya mengajukan diri untuk merujuk masyarakat buat bikinin mie. Tidak ada kehidupan disini, hanya ada suara – suara orang ketawa saja, dan tidak ada yang tampak orangnya. Kita telusuri asal suara tersebut, kemudian kita di tegur oleh ibu – ibu yang dikiranya adalah tetangganya, Puuiiihhhhh…. Untung ga disangka maling?, bisa berabe nih?. Kemudian saya dan trino menuju tempat dimana ibu – ibu itu menegur kita, dengan salam yang sopan kita mengetuk pintu rumah tersebut. Akhirnya keluar juga ibu –ibu tadi, kemudian otomatis dong kita minta maaf, dan menunjukan maksud kita sebenernya, hampa dan kesedihan yang kita rasakan, nyatanya ibu- ibu ini berdalih tidak punya persediaan air panas? Siapa tau? Ya kan!. Memang aneh disini, unutngnya ibu- ibu itu nunjukin dimana tempat sebuah warung.

Kita semua tadinya mengira itu bukan sebuah warung, eh…. Ternyata bener itu adalah sebuah warung. Akhirnya kita menemukan mukjizat Allah nikmatnya tiada tara, setelah ngobrol – ngobrol dan meminta izin kembali buat nginep di masjid ini, kita juga belanja – belanja buat kebutuhan kita nanti disana. Kita belanja, seperti minyak tanah, asin, minyak kelapa, garem dll, ya mirip kayak mau tugas akhir KTK waktu SD lah, ga jauh kayak gitu sih? , kemudian kita minta air panas, alhamdullillah gratisan lho!!!!, tadinya kita mau bayar, Eh….. si ibu-nya ga mau dibayar, padahal kita sudah ngasih Lho?........ ya terima kasih banyak bu ya?????, kita semua bisa makan mie rebus alias air panas yang dicampur langsung dengan mie-nya. Semua makan dengan nikmat, mungkin karena dah Kelaperan kali ya?.


DO’A SEBELUM TIDUR

Setelah makan, dengan Bismallah dan di akhiri dengan Alhamdulillah, kita membersihkan alat – alat yang sudah kita pake, bersyukur bahwa hari ini kita masih diberikan kenikmatan yang belum tentu orang mendapatkan nikmat yang sama seperti kami. Inilah saat-nya merasakan nikmat yang di berikan Allah kepada makhluk-nya agar tetep kita bersyukur kepada Allah dalam kondisi apapun, AMIIN.

Penentuan keorganisasianpun di rencanakan mala mini, Zamzam memulai pembicaraan ini yang saya tau bahwa perjalanan ini di ketuai zamzam, ternyata tidak demikian. Saya di tunjuk sebagai ketua, kemudian seksi acara di pegang oleh Riki, pengumpul kayu bakar dan pendiri tenda adalah Trino dan Mahmud, Zamzam sendiri sebagai seksi Dapur alias konsumsi yang sudah siap makan.

Kita tidak banyak debat, mungkin inilah makna organisasi “tidak usah banyak orang, tidak ada komunikasi, dan akan hanya terjadi kemunduran saja”. Dengan sedikit orang aka nada komunikasi, dan tujuan – tujuan akan tercapai. Itu yang saya pelajari dari perjalanan ini sebelum saya menutup mata. Karena background saya adalah sebagai orang organisasi, mungkin ini benar adanya.


GORENGAN PENAHAN LAPAR

Pagi hari yang berkabut, menahan matahari untuk memancarkan sinarnya di desa ini.

Setelah shalat subuh, kita semua bergegas menyiapkan segalanya apakah ada yang kurang atau tidak. Kita kembali ke warung tadi malam, untuk mengembalikan termos dan gelasnya, lama juga kita nunggu dan tidak ada yang keluar “pada kemana nih?, ko ga keluar – keluar!”, kita sih ngga kecewa, cumin kesel aja nunggu?? He he he he.

Setelah lamanya nunggu, sayapun mendengar pintu warung ini terbuka sedikit demi sedikit. Eh, orang yang ngebuka warung ini adalah ibu – ibu yang tadi lewat di depan saya, “kemana ya ibu yang tadi malem?” saya bingung sendiri!, dengan desa ini.

Kita ngobrol –ngobrol tentang hal yang ngga penting dengan yang punya warung, walaupun ngga lama, karena kita ngumpulnya di depan warung yang ebrteras kan dari lapisan semen yang masih ber-embun. Kita di suguhi gorengan – gorengan yang masih hangat, mmmmmhhhhh enak juga pagi – pagi dah mankan gorengan, karena tadi malam kita semua makan mie yang di masukin kewadah kemudian di tutup, setelah beberapa menit kemudian baru bisa di makan alias mie – nya dah ngga keras lagi, jadi apa nama mie yang saya makan itu ya?.

Tiba –tiba Riki datang dengan muka yang penuh harap, meminta izin agar bisa membuang isi perutnya yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuhnya itu. Si Ibu dengan tenang mempersilahkan Riki memakai WC – nya. “ Bu tiasa ngiring ka jamban?” jawab si Ibu “mangga – mangga!”,

“he.. euweuh ka era maneh mah KI”, saya menimpali Riki, ternyata si Ibu mendengar kata –kata saya “Nya teu nanaon atuh, da nu kitumah teu tiasa di tahan?”. “baguuu….ssss” sahut saya dalam hati.

Saya pikir bentar lagi nak – nak yang lain pada ngikut, Zamzam menyusul masuk ke WC setelah Riki keluar, kemudian Trino dan yang terakhir Mahmud. Semua ga pada mandi pagi ini, mereka Cuma hanya numpang “PUPS” doang.

Cerita mereka sangan menggelikan untuk di dengar, katanya posisi WC itu sangat berdekatan dengan Ibu- ibu yang sedang menggoreng. Kemudian pembatas WC-nya juga sangat rendah, jadi kalo si Ibu mau iseng nongol atau mlirik kegiatan yang sedang “PUPS” ini, bisa terlihat. Pertama yang bercerita itu Zamzam, yang ngga jadi buat PUPS karena memang ngga keluar – kelaur atau malahan ngga terbiasa dengan keadaan seperti itu, Hmmmm. Selanjutnya Riki, dia memang orang yang sudah ngga tahan untuk PUPS, dari tadi malem. Katanya semua lancer, tapi ketika si IBU datang buat ngebalik –balik gorengan dia ngga ngeluarin ntu “Be’ol” takut kedengeran?, wa ka ka ka ka.


PERJALANAN MENUJU PUNCAK

Zamzam pernah bercerita kepada kita, kalau ke situ lembang akan banyak bunga di smaping jalan, setelah itu kita akan melihat banyak pohon pinus yang menjulang tinggi diantara jalan yang kita tempuh. Mhhhh sebuah panorama yang indah kalau di bayangkan.

Perjalanan pertama kita menyusuri rumah – rumah penduduk, jalan yang becek dan licin kita susuri dengan senyum dan senangnya hati. Sepanjang jalan rumah – rumah ini banyak yang memanggil kita aga r minya disahut, mereka itu adalah sapi – sapi milik para penduduk. Setiap rumah yang kami lewati hamper – hamper memliki beberapa sapi, rumah yang hanya dari bilik bamboo masih terdengar sayup – sayup suara music dugem yang menyemangati perjalanan kami menyusuri rumah – rumah ini.

Sesaat kita melihat kebelakang, sebuah perjalanan yang tadi kita tempuh “Mhhhh inilah alam yang kita huni selama ini, gambaran hidup yang penat kita tinggalkan, cengkrama dengan teman – teman di dunia maya kita sisihkan, sekarang kita menuju kehidupan yang sepi, jauh dari internet dan fasilitas serba canggih”.



Perjalanan akan kita lanjutkan, ??????? masih panjang….

Senin, 10 Maret 2008

SITU LEMBANG --- bagian 1


Sebuah perjalanan Tadzabur alam

Ada yang pernah ga ke situ lembang?, Imad and nak-nak DKM (Cuma berempat sih, karena yang ada waktu buat kemping ya cuman segitu!!!) by D way ga masalah brow!.

Acara kita sangat mendadak, sebenernya kalo dipikir-pikir ga terlalu mendadak karena ini adalah program tadzabur alam milik DKM Al-Haq. Untuk perjalanan singkat ini saya bagi ke dalam beberapa periode seperti :

Pesiapan alat, setelah shalat jum’at kita berkumpul di ruang utama masjid untuk bagi-bagi tugas pengumpulan barang-barang yang di butuhkan seperti wajan + seserok bahasa Indonesianya apa ya? , sampe ke urusan mendetail kita diskusiin. Saya sendiri kebagian bawa balsem atau perabot kesehatan takut-takut ada kejadian yagn tidak di inginkan. Semua di koordinasikan oleh zamzam sebagai pencetus ide tadzabur alam ini.

Zamzam, Trino, Riki dan Mamud sidik adalah crew tadzabur alam ke situ lembang , kita ber lima sangat sibuk nyiapin alat-alat yang dibutuhkan dan saya perhatiin ketika pengumpulan barang tersebut kita menargetkan akan berangkat jam tiga sore, dengan semangat nasionalisme saya, maka saya langusng pulang ke kosan buat siapin semua serta bawa celana yang bukan jeans karena di situ dinginnya minta ampyun dan juga bukan mau ke Mall ha ha ha ha . setelah balik lagiu kemesjid saya telepon-teleponan sama si neng geulis (cewe cantik) sampe telinga kaya keripik singkong.

Tugas Makalah Trino

Sangka dan tidak disangka semua terjadi, ternyata trino mampir ke kosan saya untuk minta artikel pemeriksaan kimi klinik, saya bilang kenapa? Katanya dia dapet tugas dari dosen tersebut buat di kumpulkan ini hari. GUBRAAAAAAAK!!!!. Aga sedikit termenung saya buka computer dan ternyata artikel yang di maksud tidak ada kemudian dia cabut dari kosan sedang saya masih sibuk nyiapin konsumsi seperti mi rebus lima bungkus dan kopinya juga serta wedang jahe biar ga kedinginan kalo memang butuh penghangat.

Awal-awal selama nunggu pembuatan makalah trino kita semua masih sibuk seperti nyiapin tenda, terpal, dan semuanya di kumpulkan di masjid. Jam ½ 4-an trino belum datang juga, dia berangkat sama zamzam, kemudian ashar pun berlalu. kita bosen juga, akhirnya saya balik ke kosan buat makan dulu setelah makan dan shalat ashar saya kembali ke masjid, Riki ternyata sudah BT nungguin karena saya lihat dia lagi tiduran di teras masjid. Sedangkan Mahmud ga kelihatan sama sekali batang hidung nya, “Ki kemana Mahmud?”, “masih di Kosan!” kata riki, rasanya dia makan juga!.

Keberangkatan yang di tunda

Sms trino mampir di HP ku, dia bilang sebentar lagi beres tunggu aja? Saya bilang dalam hati sebentar di warnet sih bisa lebih dari 1 jam. Tentu saja satu jam di warnet itu bukan suatu waktu paten, akhirnya setelah lama nunggu, mereka datang juga. Hamper dua jam kita jungkir balik tanpa maksud menjadi orang ter-eksis di lingkungan kampus yang asri ini.

Setelah semua beres, kita siap berangkat namun tetep trino merasa ada beban yang dideritanya?, hmmmmm. Kita semua berdo’a sebelum berangkat mudah-mudahan di berikan keselamatan dalam tadzabur alam ini yang dirasa sangat mendadak. Tadinya kita tidak hanya berlima tapi karena keperluan pribadi masing-masing dari kita beda, ya jadi tinggal segini deh!.

Kita berangkat. Keberangkatan kita di iringi tangis serta sedu dari putra dan putri asrama kampus ku di Padasuka Atas No.233(ha ha ha ha ha mana ada tangisan yang mengiringi kitamangnya mau kemana????? Wa ka ka ka.) Yupz, kita berjalan kaki dari kampus sampai ke Padasuka kurang lebih selama ½ jam. Sebenernya banyak ojeg sih, tapi saking gengsinya, masa kita naik ojeg sih? Lemah banget bisa-bisa disebut nak mami lagi!!. Lagian nantinya ga kena harapan yang kita ingnkan, ya ga?. Kalo naek ojeg kita akan bayar 3000 rupiah, saking jauhnya tuh?.

Arah yang di Tuju dan DAMRI bukan alternative kami ke Alun-Alun Bandung

Sebenernya ada dua arah untuk mencapai Situ Lembang tapi kita akan datang ke situ lewat Cimahi, grimis menghiasi situasi kebahagiaan kita semua, bukan tangis tapi haru melihat remaja-remaja ini menapaki jalan untuk menemukan kembali siapa dirinya? Kurang lebih seperti itu suasana syahdu antara hati kita dan alam yang mengiringi keberangkatan kita, hu hu hu hu . Ketika gerimis yang sebentar lagi mengamuk menjadi hujan, zamzam mengira ada transportasi dari Ci Caheum ke Cimahi, ternyata tidak ada. Damn, rencana berubah langusng kita pake rencana kedua yaitu kita harus ke alun-alun bandung dahulu.

Riki dan Mahmud belanja kebutuhan Pokok yang memang direncanakan di beli ketika kita menapaki perjalanan ini. Perhentian kita yaitu di sebuah toko yaitu alfamart (saking menjamurnya toko alfamart di Indonseia ini mau ga mau kita mampir juga disini) sekalian beli senter karena ketika kumpul di masjid kita tidak mendapatkan barang tersebut. Setelah itu, kita naik mobil ke arah alun-alun bandung, gilanya kita naik mobil Preman, taukan kalo di daerah bandung ini khususnya daerah ini banyak banget mobil kayak gini dengan tujuan alun-alun. Mereka biasanya berebut dengan DAMRI sebuah persuahaan transportasi milik daerah Bnadung ini, DAMRI sendiri sebuah BUS yang saya pikir kebanyakan sudah ga layak pake, kalo kita standarnya ikut luar negri . Kita kan sebagai penumpang yang pengen ngerasain nyaman dan tenang, bukan ribut-ribut dan di maki-maki sama pengamen, cari nafkah ko nyumpahin penumpang!. BIlang kita pelit-lah, budek dll kata-kata itu muncul ga seneng sama hati saya? astaghfirullah, apakah disini tidak ada keharmonisan antara pemerintah dan masyarakat yang selalu tertindas, ya!!!.

Di bus ini selain penumpangnya di tumpuk juga pengamennya bayak banget malahan kaya reuni pengamen, ha ha ha ha. Akhirnya kita memutuskan naek mobil preman saja. Selama perjalanan kita dikagetkan oleh kelakuan si sopir mobil tersebut karena dia adalah cewe, ibu-ibu malahan. Bicaranya yagn ceplas – ceplos membuat kita di suguhi tawa dan kegembiraan karena dia sangat sigap dalam megang kendali mobil tersebut dan tidak luput juga sopir mobil preman itu mengeluarkan kata-kata kotor yang menurut kami tidak layak di ucapkan oleh seorang wanita. Dandanannya sangata rapi dengan kebaya dan lipsitik merah di bibirnya agak tua katanya dan dah punya anak, dia jadi supir menurut survey dia sendiri yagn saya rasa pun demikian, katanya hanya dia yang menjadi supir preman wanita ck ck ck ck, selain itu dia menjadi supir juga untuk masalah makan sehari-harinya, karena alasan klasik inilah menjadi pedoman semua masyarakat di Indonesia. Dia juga cukup berani dalam menentang aparat kepolisian, I’m salut for yu mum? Kenapa, karena dia brani melewati jalan yang di overboden gitu?, dia bilang “sok lah polisi mana yang mau nilang ibu, he he he” tapi dia juga pesen sama kita-kita “jangan ikutin ibu ya” haka ka ka ka ka ka ka memang lieur maneh bu bu!!!!.

Memeori bersama aparat, tahun 2007 yagn lalu ketika saya hendak pulang ke kampung halaman saya pernah di tilang sama aparat kepolisian kota subang di jalan OTISTA. Saya dan Andi ketika itu yang mengemudikan motornya yang berleterkan E untuk wilayah tiga Cirebon, dan sayapun sebelumnya ngobrol sama Andi kalo polisi di sini selalu mencari-cari kesalahan motor yang berleter E, hatta itu tidak ada pasti muter-muter nyari kesalahan sekecil apapun.

Ketika itu, kita terhadang lampu merah dan mungkin Andi telat melihatnya dan hanya sedikit melebihi zebra cross, namun tak disangka polisi tersebut meyebutnya sebuah pelanggaran, walaupun kita menyadarinya dan langsung memundurkan motor namun tetep saja yang kita perbut tadi adalah sebuah kesalahan yang harus dibayar dengan uang 25 ribu rupiah, itu juga hasil negosiasi. Memang tidak aneh lagi kalo setiap leter E selalu bermain petak umpet antara polisi dengan sang pemilik motor dengan leter E, karena tidak sedikit menjadi korban karena kita memang tidak punya kuasa dan selalu ditindas oleh aparat yang seharusnya melindungi rakyat tersebut.


DAMRI antara BANDUNG dan CIMAHI

Tidak selamaya saya tidak menyukai DAMRI, ternyata DAMRI yang saya maksud ini sungguh bijak. Kenapa demikian karena damri kita kali ini sangat enak walaupun tadi saya bilang ga enak tentang DAMRI, walaupun ya memang kenyataannya seperti itu?. Tidak beda karena memang sama. Namun, disini pengamennya ga ngomongin penumpangnya dan live concert lagi dari band – band ternama di Indonesia, suaranya juga khas karena yang nyanyinya anak muda gitu, saya simpen tas bawaan saya yang berat kaya bawa mayit gitu, saya simpen di belakang. Trus kita nyebar nyari tempat duduk yang masih kosong. Saya duduk sama Riki, memang dia itu suka banget bikin puisi yang saya harap puisi itu ga pulsi, sambil corat-coret dan merhatiin penumpang laennya dia bikin puisi, memang pada saat itu saya ga tertarik buat puisi dan apakah karena memang di selalu meng-olok-olok saya, itu wajar karena memang kita selalu meng-olok-olok ha ha ha ha….

Kita semua seperti saudara walaupun sering juga kita ngomongin satu sama lain, Karena jika berdosa, ya kita tanggung masing-masing, ya iyalah ha ha ha ha masa mau ditanggung bareng-bareng. Baru pertama kali ini saya naik DAMRI bukan karena ada kursi PLUS dalam arti kursi yang terbuat dari kayu yang melintang di tengah tengah untuk tempat duduk penumpang, juga jarak dari satu tempat duduk ke tempat duduk lainnya sangat dekat menurut persepsi saya, karena kaki saya harus di paksa melipat. Perjalanan ke Cimahi pun memang baru pertama kali ini, rasanya kaki dah mulai kesemutan serta sikap duduk yang dah mulai berubah-ubah, Riki tetep nulis puisinya. Dia ga mau ngasih tau puisinya, katanya takut di contek, hmmmmm sombong banget, saya bilang “kalo soal puisi mah gampang, karena buku pun dah saya rampungkan” saya senyum puas melihat kekalahan Riki ber-argumentasi. Wakakakakak.

Didalem DAMRI tersebut saya ga bisa tidur karena di depan tempat duduk saya ada dua orang cowo kaya mesraaaaaaaaaaa banget, satunya maen game billiard di HPnya dan yang satu nya lagi ngangguk –ngangguk dengerin cowo yang maen game tersebut, sambil nunjukin tempat – tempat sepanjang jalan, dan sayapun ikut nengok ketika orang tersebut menunjuk suatu tempat dan begitu juga dengan Riki, maksudya dia juga ikut nengok gitu. Di pinggir saya da ibu – ibu namun masih muda yang duduk di kursi PLUS tersebut, sedangkan di belakang saya ada orang yang kayaknya lagi pacaran, style cowonya beda dengan kebanyakan orang Bandung, pake kaos oblong tapi yang keliatan keteknya, pake kalung army gitu trus pake head sate dan pake kupluk-nya stave coconut.

ALUN-ALUN KOTA CIMAHI

Akhirnya kita sampe juga di Cimahi, maghrib berkumandang jelas ditelinga saya ketika masih di bus DAMRI. Keinginan ini sangat dan ingin sekali menapaki kota Cimahi, merasakan dan menghirup udara kebebasan dan kepenatan selama di dalam bus.

Kita semua turun di dekat pertigaan dan didepannya ada sebuah mesjid yang di renovasi, itulah masjid alun-alun Cimahi. Kita berjalan menyusuri jalan yang agak becek disekitar masjid, ini adalah kota yang menurut saya belum menjadi sebuah kota, adakah standarisasi untuk sebuah kota?. Saya terkejut melihat masjid ini, benar ini masjid sedang di renovasi. Di dalam masjid tidak ada marmer dan keramik yang menghiasi ruangan masjid dan hanya di terangi lampu-lampu penerang atau neon biasa.

Orang-orang khusu dengan ibadahnya, walaupun alas shalat saya basah karena air hujan saya berusaha khusu dengan kewajiban ini. Saya shalat sendiri karena kita bergantian jaga barang. Setelah shalat saya melihat-lihat ruangan masjid ini, masjid ini beratapkan fiber atau apa yang berbentuk mengerucut keatas dan berlapis – lapis, mungkin dari lapisan inilah air hujan menetes ke dalam masjid. Mungkin seorang kyai, karena mereka juga mendengarkan tausiah secara khusu dari seorang yang dituakan tersebut. Saya tidka terlalu mendengarkan, karena kewajiban saya sekarang menjaga barang bawaan, sebelum shalat zamzam saya ajak bicara saya bilang saya punya saudara di dekat sini, nanti akan saya coba hubungi.

Sayapun menghubungi Ce Jua (Ce, merupakan nama panggilan untuk perempuan yagn lebih tua dalam suatu keluarga orang-orang sunda), Alhamdulillah Ce Jua ada di rumah langusng saya menghantarkan niat saya agar saya bisa menginap di rumahnya sama nak-nak yang lain. Sayapun tahu, Ce Jua tinggal di sebuah perumahan sederhana (dulu sih saya litany waktu saya SD, ha ha ha lama banget!!), dan ternyata benar saja Ce Jua tidak bisa menampung kami berlima, Ce Jua orang nya baik dia mau mengantarkan makanan kalo saya minta, tapi saya menolaknya dan dia juga turut prihatin atas musibah terhadap keluargaku, karena bapakku di rawat di RS karena batu Ginjal, serta musibah keluarga lainnya saya tahu dari Ce Jua yang memang mengunjunginya.

Setelah semua shalat, kita melanjutkan perjalanan menuju kawasan KOMANDO. Tapi, kita tidak akan langsung kesana karena hari sudah malam. Selama perjalanan kita berdiskusi ato sekali-kali ngobrol yang ga penting dan kesimpulannya kita nginep di sebuah mesjid di perkampungan.

Selama kita berjalan sebenarnya kita semua ingin merasakan betapa nikmatnya ataukan pahitnya perjalanan ini, kaena hari sudah gelap walapun perjalanan yang kita tempuh sudah agak jauh tapi kata zamzam kita mending naik mobil aja. Mobil ini bisa dikatakan sebuah angkot, mobil ini berwarna kuning dan anehnya karena memang saya baru pertama melihatnya pintu ini mobil dari belakang, hakakakaka.

Di dalemnya ada lampu yang menyala biru aga remang-remang dikit romantic sih kalo bareng ma cewe, tapi kita kan disini cowo semua masa mau romantis-romantisan. 3000 kita keluarkan untuk mencapai komando, Alhamdulillah memang kita sedang di berkahi nikmat oleh Allah supir nagkot ini menyampaikan tepat di depan sebuah mesjid di perkampungan deket PDAM.


Bersambung ………………………




Minggu, 24 Februari 2008

Aku ingin ............ Aku Pikir..........

Aku ingin jadi orang no. satu di bumi pertiwi ini
aku akan memakmurkan negri ini seperti para pendahuluku
memandang janjinya sebagai angin lalu

tapi aku pikir, buat apa jadi orang No.satu
banyak dosa yang aku simpan dikantong pribadiku
banyak kehendak rakyat yang aku rebut haknya
dan penghasilanku selama 4 tahun berakhir bukan dengan tamasya bersama istri dan anakku
yang diberhentikan oleh demonstrasi mahasiswa disana-sini

sekarang aku ingin menjadi pengusaha sukses di negri ini
negri yang sejak kecil aku tahu selalu mengekor pada negara liberal dan kolektive
akan kutunujukan jati diri negri ini
sehingga aku akan disanjung-sanjung sebagai orang yang membawa kemakmuran setiap individu
padahal harta yang ku simpan selama ini bukanlah untuk bawahanku
karena mereka tidak tau siapa saya, demonstrasi dimana-mana aku ga peduli
karena tidak ada yang bisa mencegah kemauanku
eksploitasi daerah, hutan dan semua milik negri ini ha ha ha ha

tapi aku pikir, buat apa jadi pengusaha sukses
karena aku akan merusak negri ini
bencana alam dimana-mana karena hutan telah aku tebangi
pengangguran terjadi karena aku akan memberhentikan mereka dengan gaji yang kupotong???
dan aku sedih melihat keadaan seperti ini
keadaan yang tidak manusiawi... manusia yang memakan manusia..........