Sejak itulah saya ingin mendalami semua idiologi mereka, namun kesempatan itu sangat sulit bagi saya. Selain saya harus mengambil gelar sarjanaku dan mengurus segala kegiatan yang ada di tempatku menutut ilmu.
Saya lari menyusuri jalan – jalan yang kecil beraspal, aku lihat betapa ramainya dunia ini. Banyak sekali hari ini orang – orang yang berlarian, penuh canda dan tawa, tidak ada beban yang terlihat di kegelisahan raut wajah mereka.
Keasyikan mereka membuat saya sadar, tidak seserius itu mereka menjalani hidup ini. Mereka hanya mengikuti alur ini saja, alur kehidupan yang ditentukan oleh tangan – tangan manusia. Mereka mengamini semua perintah penguasa, penguasa yagn hidup diantara dua teori yang mebelit lehernya.
Perubahan situasi, keadaan belum nampak pada selaput otak mereka. Kini saya ada diantara hidup mereka, berfikir dan merenung diatara mereka namun tidak bisa mengungkapkannya. Perasaan yang muncul dari mereka nampak suci, mereka tidak tau apapun walaupun setiap pemilihan umum mereka dipaksa memilih untuk sebuah alasan demokrasi.
Memang benar tidak ada air yang bersih jika sudah ada di hilir, semua sudah berubah dan tidak ada yang nyata di dunia ini sekarang. Entah saya harus memulainya dari mana, entah saya benar atau salah sayapun tidak tau? Saya hanya mengikuti kata hati ini saja, saya sudah mulai enggan untuk mengikutu kekayaan intelektual sang penguasa yang sampai saat ini sudah mulai bergerak entah kemana, apakah bergerak maju atau mundur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar